Jombang, 6 Agustus 2025 — Pemerintah Desa Barongsawahan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang, bersama Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Unipdu kelompok 3 dan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) menggelar Seminar Kesehatan bertema “Sosialisasi Pencegahan Stunting Sejak Dini” di Balai Desa Barongsawahan. Acara ini mengusung subtema “Sinergi KPM dan KP-ASI: Bersama Wujudkan Anak Sehat dan Desa Kuat” dengan menghadirkan narasumber Andi Yudianto, S.Kep, Ns., M.Kes, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu).
Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh perangkat desa, kader kesehatan, ibu hamil, dan masyarakat umum. Tujuan utama seminar adalah memberikan pemahaman mendalam kepada warga mengenai bahaya stunting dan upaya pencegahan yang efektif, khususnya pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Dalam paparannya, Andi Yudianto mengungkap bahwa prevalensi stunting di Jawa Timur tahun 2024 masih cukup tinggi, yakni 14,7%. Di Kabupaten Jombang, terdapat 20 lokus prioritas percepatan penurunan stunting yang ditetapkan melalui SK Bupati Nomor 188.4.45/79/415.10.1.3/2024. Kondisi ini menunjukkan perlunya langkah konkret di tingkat desa untuk mencegah risiko gagal tumbuh pada anak.
Andi menjelaskan bahwa periode 1000 HPK — yang meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah kelahiran — merupakan masa emas (golden period) pertumbuhan anak. Gangguan gizi pada periode ini dapat menyebabkan dampak permanen, baik pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan otak.
Beliau menekankan tiga prinsip pengasuhan yang harus dipenuhi:
1. Asah – Memberikan stimulasi perkembangan mental dan psikososial anak.
2. Asih – Memenuhi kebutuhan emosi dan kasih sayang.
3. Asuh – Menyediakan gizi seimbang, perawatan kesehatan dasar, serta lingkungan yang layak.
Sebagai contoh, anak laki-laki usia 18 bulan seharusnya memiliki tinggi sekitar 82 cm. Jika tinggi anak jauh di bawah standar, misalnya 76 cm, maka ia berisiko stunting. Hal yang sama berlaku pada anak perempuan.
Materi seminar juga membahas kebutuhan gizi anak sesuai usia berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), antara lain:
• Usia 6–11 bulan: 800 kkal/hari
• Usia 1–3 tahun: 1350 kkal/hari
• Usia 4–6 tahun: 1400 kkal/hari
Andi memperkenalkan konsep “Isi Piringku” sebagai panduan praktis penyajian makanan anak, yang mencakup karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah dalam porsi seimbang.
Untuk anak usia 1–3 tahun, kebutuhan kalori dibagi menjadi 3 kali makan utama dan 2 kali camilan sehat. Sedangkan untuk bayi 12–24 bulan, pemberian makanan harus dilakukan bertahap sesuai perkembangan kemampuan makan, dengan tetap melanjutkan ASI hingga usia dua tahun.
Melalui seminar ini, masyarakat Desa Barongsawahan diharapkan lebih memahami bahwa pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab tenaga kesehatan, tetapi memerlukan keterlibatan semua pihak, mulai dari keluarga, kader posyandu, hingga pemerintah desa.
“Jika gizi anak terpenuhi sejak dini, kita tidak hanya menyelamatkan masa depan mereka, tetapi juga membangun desa yang lebih kuat dan mandiri,” ujar Andi Yudianto menutup sesinya.
